Idham Khalid - detikNews
Jakarta - Tim dari Masyarakat
Arkeologi Indonesia (MARI) kembali melakukan pelacakan artefak di Gunung
Padang, Cianjur, Jawa Barat. Kali ini sebuah makam kuno ditemukan di
area Gunung Padang.
"Pada nisan tertulis dalam huruf latin dan berbahasa Indonesia. Terdapat kata "WAPAT". Lalu di bawahnya kemungkinan terdapat kata "H. ULOH". Di bawahnya lagi terdapat tulisan seperti "H. RABU". Siapa "H. ULOH" tidak ada masyarakat saat ini yang tahu," kata Ketua MARI, Ali Akbar, Senin (9/3/2015).
Menurut dia, penemuan makam kuno pernah terjadi tahun 2012. Saat itu ditemukan dan berhasil diidentifikasi makam kuno dengan nisan bernama M. Hadiwinata. Tokoh tersebut meninggal pada tahun 1947 dalam usia 63 tahun.
"Penemuan makam itu menjadi menarik karena sejak Situs Gunung Padang ditulis dalam buku N.J. Krom tahun 1914, selanjutnya tidak ada berita mengenai situs tersebut. Tahun 1979 penduduk setempat melaporkan temuan situs yang ternyata pernah dicatat pada tahun 1914," urai dia.
"Apa yang terjadi antara tahun 1914-1979 atau dalam kurun waktu 65 tahun tidak ada yang tahu. Makam Hadiwinata memberi indikasi bahwa pernah ada komunitas yang tinggal di sekitar Gunung Padang pada awal abad ke-20. Di sekitar makam Hadiwinata ditemukan belasan makam lainnya," urai dia.
Selain itu juga, batu tegak atau menhir kembali ditemukan di Gunung Padang. Penemuan ini menambah daftar perbendaharaan peninggalan purbakala di kawasan yang berada di Cianjur Jawa Barat tersebut. Namun demikian, berbeda dengan umumnya menhir yang sudah ditemukan sebelumnya, menhir kali ini berukuran kecil.
"Batuan di Gunung Padang disebut juga columnar joint atau kekar tiang. Umumnya batu jenis ini bisa mencapai panjang 250 centimeter. Namun temuan kali ini berukuran sekitar 40 centimeter. Diameternya juga tidak besar dibandingkan columnar joint yang terdapat di situs Gunung Padang," urai Ali.
Penemuan ini, lanjut Ali, berkat informasi penduduk yang menemani tim Masyarakat Arkeologi Indonesia yang tengah mempersiapkan kegiatan Lacak Artefak. Penduduk merasa pernah melihat batu tegak namun agak lupa lokasi persisnya karena lokasi tersebut ditumbuhi semak belukar. Hal yang menarik adalah ditemukan dua batu tegak lainnya di dekat menhir tersebut. Jika dihubungkan kemungkinan membentuk bidang segi empat.
"Temuan empat menhir beruluran kecil yang membentuk bidang segi empat sebelumnya pernah terjadi di kawasan tersebut. Masyarakat menyebutnya sebagai Kuburan Kabayan," terang Ali yang bersama tim-nya akhir pekan lalu ke Gunung Padang untuk acara lacak artefak.
Lacak artefak akan dilakukan pada 3-5 April mendatang. Masyakarat luas diundang ke Gunung Padang untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu. Selain melacak artefak ada juga wisata astronomi, kuliner, kriya, pagelaran seni lokal di kawasan Gunung Padang.
(idh/ndr)
"Pada nisan tertulis dalam huruf latin dan berbahasa Indonesia. Terdapat kata "WAPAT". Lalu di bawahnya kemungkinan terdapat kata "H. ULOH". Di bawahnya lagi terdapat tulisan seperti "H. RABU". Siapa "H. ULOH" tidak ada masyarakat saat ini yang tahu," kata Ketua MARI, Ali Akbar, Senin (9/3/2015).
Menurut dia, penemuan makam kuno pernah terjadi tahun 2012. Saat itu ditemukan dan berhasil diidentifikasi makam kuno dengan nisan bernama M. Hadiwinata. Tokoh tersebut meninggal pada tahun 1947 dalam usia 63 tahun.
"Penemuan makam itu menjadi menarik karena sejak Situs Gunung Padang ditulis dalam buku N.J. Krom tahun 1914, selanjutnya tidak ada berita mengenai situs tersebut. Tahun 1979 penduduk setempat melaporkan temuan situs yang ternyata pernah dicatat pada tahun 1914," urai dia.
"Apa yang terjadi antara tahun 1914-1979 atau dalam kurun waktu 65 tahun tidak ada yang tahu. Makam Hadiwinata memberi indikasi bahwa pernah ada komunitas yang tinggal di sekitar Gunung Padang pada awal abad ke-20. Di sekitar makam Hadiwinata ditemukan belasan makam lainnya," urai dia.
Selain itu juga, batu tegak atau menhir kembali ditemukan di Gunung Padang. Penemuan ini menambah daftar perbendaharaan peninggalan purbakala di kawasan yang berada di Cianjur Jawa Barat tersebut. Namun demikian, berbeda dengan umumnya menhir yang sudah ditemukan sebelumnya, menhir kali ini berukuran kecil.
"Batuan di Gunung Padang disebut juga columnar joint atau kekar tiang. Umumnya batu jenis ini bisa mencapai panjang 250 centimeter. Namun temuan kali ini berukuran sekitar 40 centimeter. Diameternya juga tidak besar dibandingkan columnar joint yang terdapat di situs Gunung Padang," urai Ali.
Penemuan ini, lanjut Ali, berkat informasi penduduk yang menemani tim Masyarakat Arkeologi Indonesia yang tengah mempersiapkan kegiatan Lacak Artefak. Penduduk merasa pernah melihat batu tegak namun agak lupa lokasi persisnya karena lokasi tersebut ditumbuhi semak belukar. Hal yang menarik adalah ditemukan dua batu tegak lainnya di dekat menhir tersebut. Jika dihubungkan kemungkinan membentuk bidang segi empat.
"Temuan empat menhir beruluran kecil yang membentuk bidang segi empat sebelumnya pernah terjadi di kawasan tersebut. Masyarakat menyebutnya sebagai Kuburan Kabayan," terang Ali yang bersama tim-nya akhir pekan lalu ke Gunung Padang untuk acara lacak artefak.
Lacak artefak akan dilakukan pada 3-5 April mendatang. Masyakarat luas diundang ke Gunung Padang untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu. Selain melacak artefak ada juga wisata astronomi, kuliner, kriya, pagelaran seni lokal di kawasan Gunung Padang.
(idh/ndr)
0 comments:
Post a Comment