Cianjur (ANTARA News) - Selain menemukan sejumlah artefak unik pada ekskavasi permulaan, Timnas Peneliti Gunung Padang, menemukan artefak mirip senjata khas Jawa Barat, Kujang Gunung Padang.
"Benda ini telah diamati dan diperkirakan asli buatan manusia zaman dulu, dimana batunya dipangkas di semua permukaan dan digerinding atau digosok, sehingga menjadi halus termasuk permukaannya," kata Ali Akbar Timnas Peneliti Gunung Padang, Senin.
Dia menjelaskan, sebelum prasejarah teknik tersebut sudah dikenal dan dipergunakan masyarakat. Selain itu, bentuk benda seperti itu mungkin hanya satu-satunya bukan saja di Indonesia bahkan di dunia.
Saat ini ungkap dia, pihaknya sedang meneliti secara intensif dan dalam waktu dekat akan meminta izin supaya artefak itu dibawa ke laboratorium di Jakarta.
"Kami punya alat yang namanya mikrotemografi seperti cytiscan yang nantinya benda tersebut dimasukan ke lab, untuk mencari tahu sebelah mana benda yang dimodifikasi oleh manusia zaman dulu," katanya.
Dia menjelaskan, apakah pada benda tersebut, ada kemungkinan mengandung zat-zat atau material yang menempel atau bekas tumbuhan atau dipakai untuk menebang pohon atau lainnya.
"Minggu depan artefak yang ditemukan di bagian selatan teras lima tertimbun cukup dalam akan kami bawa ke lab di Jakarta untuk diteliti," katanya.
Selain artefak berbentuk Kujang, pihaknya menemukan beberapa tembikar atau gerabah yang menunjukan manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat wadah. Benda tersebut diperiksa oleh ahli tembikar atau gerabah dan ternyata pembuatannya kala itu menggunakan teknik yang ditekan bukan menggunakan roda putar.
"Kalau roda putar teknik belakangan yang dipakai manusia. Ini ditekan teknik awalnya sehingga periodenya memang cukup tua. Dari berbagai bentuknya kami sudah pelajari dan tembikar-tembikar itu ada yang seperti kendi dan piring," katanya.
Penemuan gerabah itu, hampir semuanya ditemukan di Teras 2 dan temuan kendi cukup banyak dalam kondisi pecah-pecah.
Pihaknya telah membuat secara simulasi kemungkinan benda itu untuk prosedur prosesi dari penziarah yang datang dari utara mengambil air untuk bersuci dengan kendi, naik ke tangga utara dan terus hingga ke teras 1, lalu membasuh diri.
"Setelah membasuh diri, benda itu ditinggalkan, lalu mereka melakukan ritual berikutnya. Itu jenis-jenis artefak pertama dari tanah liat," kata Ali.
Penemuan artefak lainnya, Ali menambahkan, ada artefak yang mirip alat logam yang bentuknya seperti pisau. Jika dilihat secara seksama maka benda ini seperti ada pegangannya, lalu ada bentuk tajaman ukuran kecil.
"Mungkin pegangan ini, dulu ada gagangnya dan tajaman pisau ini kemungkinan masih panjang karena terlihat sudah patah. Dengan adanya artefak ini, warga dulu yang tinggal di situs ini sudah mengenal budaya logam," katanya.
Dia menjelaskan masyarakat yang tinggal di kawasan itu, bukan masyarakat yang berburu dan peramu makanan. "Kami belum memasukannya ke dalam laboratorium karena benda ini terlihat rapuh sekali, sedangkan di lab perlakuannya cukup banyak jadi kami simpan dulu," katanya.
Melihat berbagai penemuan artefak itu, pihaknya menilai, warga yang sudah menetap di situs sudah terorganisir, mampu bekerja sama dengan baik, bergotong royong membuat bangunan yang besar.
(KR-FKR/Y008)
Dia menjelaskan, sebelum prasejarah teknik tersebut sudah dikenal dan dipergunakan masyarakat. Selain itu, bentuk benda seperti itu mungkin hanya satu-satunya bukan saja di Indonesia bahkan di dunia.
Saat ini ungkap dia, pihaknya sedang meneliti secara intensif dan dalam waktu dekat akan meminta izin supaya artefak itu dibawa ke laboratorium di Jakarta.
"Kami punya alat yang namanya mikrotemografi seperti cytiscan yang nantinya benda tersebut dimasukan ke lab, untuk mencari tahu sebelah mana benda yang dimodifikasi oleh manusia zaman dulu," katanya.
Dia menjelaskan, apakah pada benda tersebut, ada kemungkinan mengandung zat-zat atau material yang menempel atau bekas tumbuhan atau dipakai untuk menebang pohon atau lainnya.
"Minggu depan artefak yang ditemukan di bagian selatan teras lima tertimbun cukup dalam akan kami bawa ke lab di Jakarta untuk diteliti," katanya.
Selain artefak berbentuk Kujang, pihaknya menemukan beberapa tembikar atau gerabah yang menunjukan manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat wadah. Benda tersebut diperiksa oleh ahli tembikar atau gerabah dan ternyata pembuatannya kala itu menggunakan teknik yang ditekan bukan menggunakan roda putar.
"Kalau roda putar teknik belakangan yang dipakai manusia. Ini ditekan teknik awalnya sehingga periodenya memang cukup tua. Dari berbagai bentuknya kami sudah pelajari dan tembikar-tembikar itu ada yang seperti kendi dan piring," katanya.
Penemuan gerabah itu, hampir semuanya ditemukan di Teras 2 dan temuan kendi cukup banyak dalam kondisi pecah-pecah.
Pihaknya telah membuat secara simulasi kemungkinan benda itu untuk prosedur prosesi dari penziarah yang datang dari utara mengambil air untuk bersuci dengan kendi, naik ke tangga utara dan terus hingga ke teras 1, lalu membasuh diri.
"Setelah membasuh diri, benda itu ditinggalkan, lalu mereka melakukan ritual berikutnya. Itu jenis-jenis artefak pertama dari tanah liat," kata Ali.
Penemuan artefak lainnya, Ali menambahkan, ada artefak yang mirip alat logam yang bentuknya seperti pisau. Jika dilihat secara seksama maka benda ini seperti ada pegangannya, lalu ada bentuk tajaman ukuran kecil.
"Mungkin pegangan ini, dulu ada gagangnya dan tajaman pisau ini kemungkinan masih panjang karena terlihat sudah patah. Dengan adanya artefak ini, warga dulu yang tinggal di situs ini sudah mengenal budaya logam," katanya.
Dia menjelaskan masyarakat yang tinggal di kawasan itu, bukan masyarakat yang berburu dan peramu makanan. "Kami belum memasukannya ke dalam laboratorium karena benda ini terlihat rapuh sekali, sedangkan di lab perlakuannya cukup banyak jadi kami simpan dulu," katanya.
Melihat berbagai penemuan artefak itu, pihaknya menilai, warga yang sudah menetap di situs sudah terorganisir, mampu bekerja sama dengan baik, bergotong royong membuat bangunan yang besar.
(KR-FKR/Y008)
Editor: Tasrief Tarmizi
- COPYRIGHT © ANTARA 2014
0 comments:
Post a Comment